Did You Know? In Alaska, USA: It is considered an offense to push a live moose out of a moving airplane.

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan   oleh  kuman  Mycobacterium   tuberculosis (Depkes  RI, 2002). Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh manusia dan yang paling sering terkena adalah organ paru (90%). Penderita menyebarkan kuman TB di udara dalam bentuk droplet pada saat penderita  batuk  atau  bersin.  Penyakit  tuberkulosis  merupakan  salah satu  masalah  kesehatan  bagi  bangsa  Indonesia  dan  dunia.  World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa sekitar 1,9 milyar manusia,   sepertiga   penduduk   dunia   ini   telah   terinfeksi   kuman tuberkulosis (Deadly, 2004). Dalam pandangan dunia internasional, Indonesia  merupakan  penyumbang  kasus  TB Paru terbesar  di dunia setelah India dan Cina.

Hasil  survei  Kesehatan  Rumah  Tangga  Depkes  RI tahun  1995, menunjukkan bahwa Tuberkulosis merupakan penyakit ketiga penyebab  kematian,  sedangkan  pada tahun 1992 merupakan penyebab kematian kedua. Pada tahun 2004,  WHO Global Surveillance  memperkirakan  di Indonesia  terdapat  539.000  penderita Tuberkulosis  /  TBC  baru  pertahun  dengan  insidensi  kasus  TB  BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /TBC diperkirakan  menimpa  101.000  penduduk  tiap  tahun.  Secara Regional prevalensi TB BTA positif di Indonesia dikelompokkan  dalam 3 wilayah, yaitu: 1) wilayah Sumatera angka prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk; 2) wilayah Jawa dan Bali angka prevalensi TB adalah 110 per 100.000 penduduk; 3) wilayah Indonesia Timur angka prevalensi TB adalah 210 per 100.000 penduduk   (Depkes RI, 2007). Khusus untuk kabupaten Purworejo diperkirakan potensi penyakit TBC penduduk adalah 107 pasien banding 100.000 penduduk, dengan kata lain, jika warga Purworejo sekitar 700 ribu, maka penderita TBC diperkirakan ada 700 orang (www.dinkespurworejo.co.id).

Dalam pemberantasan penyakit TB Paru, pemerintah dalam hal ini Departemen   Kesehatan   menggunakan   Puskesmas   sebagai   ujung tombak untuk memutuskan rantai penularan penyakit TB Paru di masyarakat  yaitu dengan  cara menemukan  dan mengobati  penderita sampai sembuh (Ahmad, 1999). Dalam pelaksanaan di Puskesmas, dibentuk kelompok Puskesmas Pelaksana (KPP) yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), dengan dikelilingi oleh kurang lebih 5 (lima) Puskesmas  Satelit (PS). Pada keadaan  geografis  yang sulit,   dapat   dibentuk   Puskesmas   Pelaksana   Mandiri   (PPM)   yang dilengkapi tenaga  dan  fasilitas  pemeriksaan  sputum  Bakteri  Tahan Asam (Depkes, 2007). Khusus untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo dengan 27 puskesmas   yang terdiri dari 9 puskesmas rawat inap dan 18 puskesmas rawat jalan, dalam melaksanakan program P2TB-Paru  puskesmas  bertugas  sebagai  puskesmas pelaksana  mandiri (PPM).

Setiap Puskesmas setidaknya memiliki satu dokter, satu staf poliklinik/perawat yang bertugas menangani TB, dan satu petugas laboratorium yang terlatih. Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu   bentuk   pelayanan   yang   diberikan   oleh   puskesmas   kepada penderita TB Paru. Dalam program penanggulangan TB Paru, pemeriksaan sediaan mikroskopis BTA dari spesimen sputum merupakan   komponen   kunci   untuk   menegakkan   diagnosis   serta evaluasi dan tindak lanjut pengobatan (Gerdunas TB, 2001).

Sumber penularan  penyakit  TB  paru  adalah  penderita  TB  BTA positif. Penderita menyebarkan  kuman di udara dalam bentuk droplect (percikan  dahak/sputum).  Dilihat  dari  penyebaran penyakit,  petugas laboratorium  merupakan  orang  pertama  yang  akan  terpajan  doplect pada saat penanganan  dahak/sputum,  untuk itu   dalam pelaksanaan penegakkan diagnosis TB seorang petugas laboratorium harus memperhatikan  keselamatan dalam bekerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan  suasana bekerja yang aman, nyaman,  dan tujuan akhirnya  adalah  mencapai  produktivitas  setinggi-tingginya.  Maka  dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan  pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko   terjadinya   kecelakaan   maupun   penyakit   akibat   melakukan pekerjaan.  Dalam  pelaksanaan  K3  sangat  dipengaruhi  oleh  3 faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang artinya ketiga   unsur   tersebut   tidak   dapat   dipisahkan   dalam   mencapai penerapan K3 yang efektif dan efisien (Setyawati, 1996).

Keterangan: Bagi yang berminat untuk memiliki versi lengkap judul diatas dalam format Msword hubungi ke nomor:

HP. 0819 0405 1059/ 0812 2701 6999/ 0888 9119 100 atau Telp.0274-9553376. Skripsi Rp300rb, Tesis Rp500rb. Layanan ini bersifat sebagai referensi dan bahan pembelajaran. Kami tidak mendukung plagiatisme. Jika belum jelas, jangan ragu telepon kami :)

Sebagai bagian dari iImu Kesehatan Kerja, penerapan K3 dipengaruhi  oleh 4 faktor  yaitu  adanya  organisasi  kerja,  administrasi K3, pendidikan dan pelatihan, penerapan prosedur dan peraturan di tempat   kerja,   dan   pengendalian    lingkungan    kerja.   Dalam   Ilmu Kesehatan Kerja, faktor lingkungan kerja merupakan salah satu faktor terbesar  dalam  mempengaruhi  kesehatan pekerja,  namun  demikian tidak   bisa   meninggalkan    faktor   lainnya   yaitu   perilaku.   Perilaku seseorang dalam   melaksanakan dan menerapkan K3 sangat berpengaruh   terhadap   efisiensi   dan   efektivitas   keberhasilan   K3. Demikian  juga yang terjadi pada pekerja  laboratorium  dimana  tingkat kepatuhan terhadap peraturan dan pengarahan K3 akan mempengaruhi perilaku terhadap penerapan prinsip  K3 dalam melakukan pekerjaannya (Setyawati, 1996).

Pelaksanaan   Kesehatan  dan  Keselamatan   Kerja  (K3)  adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan  tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan  kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan   kerja   tidak   saja   menimbulkan   korban jiwa   maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Penerapan prosedur kerja yang ditetapkan diharapkan dapat menurunkan  risiko penularan patogen melalui darah dan cairan tubuh lain   dari   sumber   yang   diketahui   maupun   yang   tidak   diketahui. Penerapan  ini merupakan  pencegahan  dan pengendalian  penyebaran penyakit  yang  harus  rutin  dilaksanakan  di semua  fasilitas  pelayanan kesehatan (FPK).

Petugas laboratorium dalam melakukan penanganan dahak/sputum  perlu mengikuti prosedur kerja yang ditetapkan.  Hal ini penting  untuk menjamin  keselamatan  dirinya,  salah satu persyaratan tersebut adalah pada pemakaian alat pelindung diri berupa jas laboratorium dan masker.

Berdasarkan   penelitian   yang   dilakukan   oleh   Agustinus   Naru (2004)  terdapat hubungan  bermakna  antara  sikap  petugas  tentang pemakaian APD dengan kejadian TB paru pada petugas laboratorium puskesmas. Selain itu, dalam penelitian Taufik Hidayat (2008) juga menunjukkan   ada  hubungan   yang  bermakna   antara   pengetahuan dengan  praktik  pemakaian  APD  demikian  juga  antara  sikap  dengan praktik pemakaian APD. Maka dari itu, aspek  perilaku petugas sendiri terhadap disiplin pemakaian  alat perlindungan  diri (APD) dan hygiene petugas  sehabis  penanganan  sampel berupa  pencucian  tangan  tidak boleh diabaikan.  Penggunaan  APD dan hygiene  petugas  merupakan salah satu upaya dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

Dengan memperhatikan  hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk  melakukan  penelitian  tentang  evaluasi  penerapan  keamanan kerja pada pemeriksaan sputum TB di laboratorium Puskesmas Kabupaten Purworejo.

B.    Rumusan masalah

Berdasarkan  latar belakang  masalah  di atas  dapat  dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut:  Bagaimana penerapan keamanan kerja petugas laboratorium puskesmas pada pemeriksaan sputum TB di Kabupaten Purworejo?

    Baca selengkapnya »

===================================================
Ingin memiliki Skripsi/Tesis versi lengkapnya? Hubungi Kami.
===================================================

Judul terkait:

Layanan Referensi & Konsultan Skripsi Tesis & Disertasi   No.HP.0819.0405.1059  Home: (0274) 9553376