Did You Know? In 1994, Chicago artist Dwight Kalb sent David Letterman a statue of Madonna, made of 180lb of ham.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia Gizi merupakan masalah kesehatan yang berperan dalam penyebab tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi serta rendahnya produktivitas kerja, prestasi olahraga dan kemampuan belajar. Oleh karena itu, penanggulangan anemia gizi menjadi salah satu program potensial untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang telah dilaksanakan pemerintah sejak Pembangunan Jangka Panjang I (Depkes, 1996).

Pada saat ini angka kematian ibu dan angka kematian perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (1994) angka kematian ibu adalah 390 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Perinatal adalah 40 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain maka angka kematian ibu di Indonesia adalah 15 kali Angka Kematian Ibu di Malaysia, 10 kali lebih tinggi daripada Thailand, atau 5 kali lebih tinggi dari pada Philipina (Depkes, 2002).

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok golongan yang rentan masalah gizi terutama anemia akibat kekurangan zat besi (Fe). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia dari tahun ke tahun yaitu SKRT 1986 menunjukkan tingkat anemia ibu hamil sebesar 73,3%; SKRT 1992 sebanyak 63,5%; dan SKRT 1995 sebanyak 50,9%.

Berbagai kendala dalam pencegahan anemia gizi menjadi faktor penyebab masih tingginya prevalensi anemia di Indonesia. Triratnawati (1997) mengungkapkan bahwa salah satu kendala mendasar adalah adanya persepsi yang salah, baik dikalangan masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Wignjosastro (1997) bahwa keterbatasan dana, mutu pelayanan, Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan penghambat dalam upaya penurunan kejadian anemia (Prosiding, 2002).

Berdasarkan tabel berikut dapat dilihat data prevalensi anemia tahun 1995.

Tabel 1.1

Prevalensi Anemia Tahun 1995

Kelompok umur

Prevalensi Anemia

Laki – laki (%)

Wanita (%)

Total (%)

0 – 5 tahun

35,7

45,2

40,5

6 – 10 tahun

46,4

48,6

47,2

10 – 14 tahun

45,8

57,1

51,5

15 – 44 tahun

58,3

39,5

48,9

45 – 54 tahun

53,7

39,3

46,5

55 – 64 tahun

52,5

40,5

51,5

> 65 tahun

70,0

45,8

57,9

Ibu hamil

50,9

50,9

Ibu menyusui

45,1

45,1

Sumber : Depkes 1999.

Kurangnya asupan zat besi (Fe) yang adekuat mengakibatkan timbulnya penyakit anemia gizi. Gejalanya tampak melalui kadar Hb di bawah 11 gr %, pucat, lesu, letih, lemah dan terjadinya pendarahan (lmasyhuri, 1998).

Masalah anemia gizi pada wanita hamil dari 1986 sampai 1995 menunjukkan telah terjadi penurunan prevalensi anemia (Prosiding, 2002). Angka prevalensi tersebut masih termasuk dalam katagori tinggi dari target yang diharapkan pada akhir Repelita VI yaitu sebesar 40% . Dalam lingkup yang lebih kecil misalnya di Jawa Tengah, prevalensi anemia pada ibu hamil cukup tinggi yaitu sebesar 55% pada tahun 1992 dan menjadi 56,6% pada tahun 1999 (Soeharyo dan Budi, 1999).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subagio dari 70 wanita hamil menunjukkan bila digunakan nilai ambang batas 11gr/dl, prevalensi anemia 77,1% namun bila ambang batas yang dipakai 10,5gr/dl prevalensi anemia 38,6%. Prevalensi defisiensi besi, seng, B12, dan vitamin A masing-masing sebesar 31,4%, 64,3%, 64,3%, dan 32,9 %.

Menurut United Nation yang dikutip oleh Soegianto (1993), tingginya prevalensi anemia pada kehamilan melatarbelakangi terjadinya kematian ibu sewaktu hamil, bersalin atau nifas sebagai akibat komplikasi penanganannya. Sekitar 50% dari kematian di negara-negara berkembang dilatarbelakangi, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh anemia defisiensi besi. Anemia berat menyebabkan kegagalan jantung atau kematian pada saat atau sehabis melahirkan yang bagi ibu sehat tidak membahayakan, bagi ibu hamil dengan anemia berat dapat menimbulkan kematian. Sekitar 20% kematian maternal di negara berkembang penyebabnya berkaitan langsung dengan anemia defisiensi besi. Disamping dapat mengakibatkan kematian, anemia defisiensi besi pada kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin dalam kandungan terganggu, dan munculnya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR).

Keterangan: Bagi yang berminat untuk memiliki versi lengkap judul diatas dalam format Msword hubungi ke nomor:

Hp/Wa. 0812 2701 6999 atau 0817 273 509. Skripsi Rp300rb, Tesis Rp500rb. Layanan ini bersifat sebagai referensi dan bahan pembelajaran. Kami tidak mendukung plagiatisme. Jika belum jelas, jangan ragu telepon kami :)

Risiko anemia gizi pada ibu hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Salah satu penyebabnya adalah pada ibu hamil diperlukan kebutuhan zat gizi yang meningkat. Selain untuk menutupi kehilangan basal (kehilangan zat gizi melalui keringat, urine, dan kulit), juga dibutuhkan untuk keperluan pembentukan sel-sel darah merah yang bertambah banyak serta untuk kebutuhan plasenta dan janin dalam kandungan. Menurut Husaini (1989) di negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia banyak wanita yang memasuki masa kehamilan dengan cadangan zat besi dalam tubuhnya hanya sedikit dan sebagian lagi menderita anemia kurang zat besi. Wanita-wanita tersebut pada masa kehamilannya akan mempunyai kadar hemoglobin kurang dari normal (< 11 gr/dl) untuk keadaan ini, World Health Organization (1968) menganjurkan untuk memberikan suplementasi Fe kepada ibu hamil, karena keperluan zat besi pada masa hamil tidak dapat dipenuhi hanya dari makan saja. Ibu hamil sangat disarankan untuk minum pil besi selama 3 bulan yang harus diminum setiap hari. Pil ini dibagikan secara gratis melalui kegiatan posyandu. Suatu penelitian menunjukan bahwa wanita hamil yang tidak minum pil besi mengalami penurunan ferritin (cadangan besi) cukup tajam sejak minggu ke 12 usia kehamilan (Khomsan, 2003).

Walaupun terdapat sumber makanan nabati yang kaya besi, seperti daun singkong, kangkung, dan sayuran berwarna hijau lainnya, namun zat Fe dalam makanan tersebut lebih sulit penyerapannya. Dibutuhkan porsi yang besar dari sumber nabati tersebut untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam sehari, dan jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Sehingga dalam kondisi kebutuhan Fe tidak terpenuhi dari makanan, maka pilihan untuk memberikan tablet besi Folat dan sirup besi guna mencegah dan menanggulangi anemia menjadi sangat efektif dan efisien. (Depkes,1999).

Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam darah seseorang. Anemia terjadi karena kurangnya hemoglobin yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen berkurang tubuh akan menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah (Budiyanto, 2002).

Upaya-upaya dalam penanggulangan anemia gizi terutama pada wanita hamil telah dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu caranya adalah melalui suplementasi tablet besi. Suplementasi tablet besi dianggap merupakan cara yang efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam folat. Cara ini juga efisien karena tablet besi harganya relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat kelas bawah serta mudah didapat (Depkes, 1996).

Masalah yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah tingginya prevalensi anemia ibu hamil yaitu sebesar 50,9% dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga anemia yang ditimbulkan disebut anemia kekurangan besi. Keadaan kekurangan besi pada ibu hamil dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik pada sel tubuh maupun sel otak. Pada ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), perdarahan sebelum serta pada waktu melahirkan dan pada anemia berat yang dapat menimbulkan kematian ibu dan bayi. Pada anak dapat mengalami gangguan pertumbuhan, tidak dapat mencapai tinggi yang optimal dan anak menjadi kurang cerdas (Soekirman, 2000).

Mengingat dampak anemia tersebut di atas yang dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, maka perlu penanggulangan kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan segera. Oleh sebab itu pemerintah Indonesia mulai menerapkan suatu program penambahan zat besi sekitar dua puluh tahun yang lalu. Program ini didasarkan dengan harapan setiap ibu hamil secara teratur memeriksakan diri ke Puskesmas atau Posyandu selama masa kehamilannya. Tablet besi dibagikan oleh petugas kesehatan kepada ibu hamil secara gratis. Namun bagaimanapun program penambahan zat besi tanpa pengawasan atau pengontrolan penggunaan tablet secara teratur akan menghilangkan efektivitas akibat faktor-faktor seperti pembagian tablet yang tidak teratur dan keberhasilan program yang jelek.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan antara lain:

  1. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin selama jangka waktu tertentu untuk meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa.
  2. Buku Pedoman pemberian besi bagi petugas tahun 1995, dan poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan.
  3. Buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi petugas tahun 1996.
  4. Sejak tahun 1993 kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang sudah mengalami perbaikan yaitu tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet per bungkus aluminium dengan komposisi yang sama.
  5. Namun, melihat program di lapangan menunjukan bahwa belum semua ibu hamil mendapatkan tablet besi sesuai yang diharapkan program yaitu 90 tablet.

Defisiensi Fe di Indonesia merupakan problema defisiensi nasional dan perlu ditanggulangi secara serius dengan liputan nasional pula. Upaya prevensi belum diprogramkan secara menyeluruh, baru diberikan suplemen preparat Ferro kepada para ibu hamil yang memeriksakan diri ke Puskesmas, rumah sakit dan dokter (Sediaoetama, 2000).

Faktor utama yang menyebabkan sulitnya penurunan prevalensi anemia ini antara lain karena rendahnya cakupan distribusi dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi. Survei Kesehatan Rumah Tangga melaporkan bahwa distribusi tablet besi sebesar 27% dan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet besi sebanyak 23% (Ernawati, 2000).

Di Provinsi Bengkulu program pemberian tablet besi dalam rangka menanggulangi anemia telah dilakukan beberapa tahun yang lalu. Salah satu kabupaten yang melaksanakan program pemberian tablet besi adalah Kabupaten Bengkulu Selatan.

Menurut data Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu cakupan ibu hamil yang mendapat 1 bungkus tablet besi (Fe1) di Provinsi Bengkulu sebesar 64,9% sedangkan ibu hamil yang mendapat 3 bungkus tablet besi (Fe3) adalah sebesar 58,4%. Sementara di Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 2003, cakupan ibu hamil yang mendapat Fe1 sebesar 43,6%, dan ibu hamil yang mendapat Fe3 sebesar 44,7%. sementara itu kunjungan pertama ibu hamil (K1) adalah 83,0% dan cakupan pemeriksaan yang keempat (K4) adalah 65,9%. Di lain pihak cakupan nasional untuk Fe ibu hamil adalah sebesar 63,5 % (Nugraheni, 2002).

Adapun target yang harus dicapai untuk cakupan Fe1 adalah sebesar 90% dan cakupan untuk Fe3 adalah sebesar 80%. Berdasarkan data-data di atas maka secara program Kabupaten Bengkulu Selatan dikatakan tidak dapat mencapai target. Dilaporkan bahwa angka cakupan di Kabupaten Bengkulu Selatan bervariasi dari Puskesmas ke Puskesmas lainnya. Dari 10 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bengkulu Selatan hanya 3 Puskesmas yang mempunyai cakupan tinggi, sehingga timbul pertanyaan faktor-faktor apa saja yang membuat rendahnya cakupan Fe ibu hamil, sehingga peneliti berminat untuk mengetahuinya. Selain itu hal lain yang mendorong penulis untuk meneliti tentang hal ini adalah bahwa penelitian tentang rendahnya cakupan Fe ibu hamil belum pernah dilakukan di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Untuk mengetahui berapa jumlah sasaran yang tercakup dalam program penggulangan anemia adalah dengan cara memantau jumlah tablet besi oleh wanita hamil yang dikaitkan dengan distribusi dan logistiknya. Adapun cara memantau jumlah pemakaian tablet besi ini sudah dituangkan secara jelas dalam buku pedoman yang sudah diberikan yaitu mulai dari tingkat Pusat sampai ke tingkat Puskesmas.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 1994 tentang struktur organisasai Dinas Kesehatan menyatakan bahwa Dinas Kesehatan berkewajiban membina unsur-unsur pelaksana di wilayahnya. Mengingat Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Kesehatan, maka pembinaan terhadap Puskesmas merupakan suatu kewajiban dari Dinas Kesehatan. Pembinaan dimaksud meliputi pembinaan administrasi, teknis dan keterampilan manajerial yang dapat dilaksanakan kepada kepala Puskesmas dan atau petugas Puskesmas sesuai dengan program atau kegiatan yang dikelola. Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan antara lain adalah pertemuan di tingkat Kabupaten, permintaan laporan, dan kunjungan ke Puskesmas.

Berdasarkan pengamatan penulis, selama tahun 2002/2003, pembinaan yang dilakukan oleh petugas kabupaten maupun Puskesmas belum menggunakan kaidah yang ada seperti Cheklist, pemberian umpan balik kepada Puskesmas/desa setelah pembinaan dilakukan, serta frekuensi pembinaan yang belum merata antara Puskesmas satu dengan lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang membuat rendahnya cakupan Fe ibu hamil di Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga peneliti berminat untuk mengetahuinya dan penelitian tentang rendahnya cakupan Fe ibu hamil belum pernah dilakukan di Kabupaten Bengkulu Selatan.

C. Tujuan Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui faktor-faktor yang ada dalam input, dan proses sehingga dapat dicari pemecahannya untuk dapat meningkatkan cakupan program pemberian tablet besi kepada wanita hamil di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui berbagai permasalahan dalam input pelaksanaan program pemberian tablet besi kepada ibu hamil di Kabupaten Bengkulu Selatan.
  2. Mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan program pemberian tablet besi kepada wanita hamil di Kabupaten Bengkulu Selatan.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan rendahnya cakupan Fe ibu hamil di Bengkulu Selatan sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan tetapi ada penelitian serupa dengan penelitian ini, antara lain:

1. Hastuti, (1998) meneliti Evaluasi Program Pemberian Tablet Fe Kepada Ibu Hamil Di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah tahun 1996. rancangan dalam penelitian ini adalah Cross Sectional dan menghasilkan kesimpulan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program pemberian tablet Fe adalah dari sudut perencanaan, organisasi, jalur distribusi, tempat, pengawasan, pembinaan, dan pemantauan. Penelitian ini berbeda dalam hal : lokasi penelitian, subyek penelitian, dan waktu penelitian.

2. Osman Syarif, (1994) meneliti Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Gizi pada Ibu Hamil di Kabupaten Serang dan Tangerang Jawa Barat tahun 1994, rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah Cross Sectional yang menghasilkan kesimpulan yaitu pengetahuan ibu hamil tentang gizi terbukti sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan terhadap terjadinya anemia gizi pada ibu hamil. Anemia gizi pada ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi dengan katagori rendah mempunyai risiko 2,39 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi dengan katagori tinggi. Sementara pendidikan ibu pada penelitian ini tidak kelihatan hubungannya dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Subyek penelitiannya adalah Ibu hamil sedangkan penelitian yang penulis lakukan subyeknya adalah karyawan Puskesmas dan Bidan Desa. Pada penelitian ini juga berbeda dalam hal waktu dan lokasi penelitian.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai :

  1. Bahan masukan bagi pengelola program gizi dan program KIA untuk perbaikan dimasa yang akan datang khususnya di Kabupaten Bengkulu Selatan.
  2. Bagi peneliti sendiri menambah wawasan dan merupakan sebagian tugas dalam menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya di bidang Gizi.
  3. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa.

    Baca selengkapnya »

===================================================
Ingin memiliki Skripsi/Tesis versi lengkapnya? Hubungi Kami.
===================================================

Judul terkait:

Keyword:

tablet Fe (102), faktor penyebab anemia (36), anemia defisiensi besi pada ibu hamil (33), tablet FE pada ibu hamil (26), makalah anemia pada ibu hamil (26), defisiensi ferum (24), pemberian fe pada ibu hamil (24), kandungan tablet fe (23), manfaat tablet fe (21), pencegahan anemia pada ibu hamil (19), tablet fe untuk ibu hamil (18), penanganan anemia pada ibu hamil (16), faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil (15), masalah anemia pada ibu hamil (14), faktor penyebab anemia pada ibu hamil (14), Fe pada ibu hamil (12), tablet besi (12), fungsi tablet fe (10)

Layanan Referensi & Konsultan Skripsi Tesis & Disertasi   No.HP/WA.0812 2701 6999  / 0817 273 509