Did You Know? The first hard drive available for the Apple had a capacity of 5 megabytes.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Sebagai institusi pelayanan keuangan yang berhubungan dengan pengumpulan dan penyaluran dana (lembaga intermediary), bank banyak menghadapi kendala dan tantangan (Jannah, 2003). Hal ini dikarenakan ciri dunia dalam era globalisasi ialah terjadinya perubahan dengan sangat cepat (Siagian, 2000).

Kepercayaan masyarakat pada institusi perbankan pernah mengalami tantangan yang paling besar ketika terjadi krisis moneter tahun pada 1997. Pada saat itu banyak bank yang mengalami likuidasi dikarenakan menurunnya kinerja bank. Faktor penyebabnya antara lain adalah melemahnya manajemen bank (tidak profesional) dan minimnya kepatuhan karyawan terhadap peraturan perbankan (Warta BRI, 2002). Banyaknya bank yang mengalami likuidasi menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap sektor perbankan menjadi turun. Akibatnya masyarakat menjadi enggan berhubungan dengan lembaga keuangan bank dan hal ini membuat pemulihan sektor perbankan menjadi sulit.

Hal ini hanya merupakan satu contoh saja untuk membuktikan bahwa peranan karyawan dalam organisasi perbankan mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Apabila sumber daya manusia perbankan baik, maka akan membuat organisasi perbankan berjalan dengan baik, demikian pula sebaliknya.Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam masyarakat, diketahui bahwa masyarakat menginginkan sektor perbankan yang mampu melaksanakan fungsinya sebagai lembaga intermediary dengan baik. Pemenuhan tuntutan itu sangat tergantung kepada karyawan bank sebagai ujung tombak pelayanan perbankan kepada masyarakat. Mengingat peran karyawan bank yang cukup dominan terhadap tingkat risiko operasional bank maka kualitas dan lingkungan kerja bank harus terus ditingkatkan. Ketidakmampuan manajemen bank dalam mengelola sumber daya manusia dengan baik akan mengakibatkan tingkat risiko operasional yang berbahaya.

Dalam kaitan itu sumber daya manusia mempunyai peran yang signifikan untuk membawa bank mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya manusia merupakan asset penting yang sangat berharga untuk menunjang keberhasilan organisasi. Kegiatan-kegiatan pengembangan menjadi penting untuk mencapai tujuan tersebut dan merupakan investasi sumber daya manusia. Investasi pada sumber daya manusia memang tidak dapat diukur keuntungannya dalam jumlah rupiah, tetapi akan dapat diamati dan dirasakan keberadaannya. Untuk mencapainya pihak perusahaan berusaha menciptakan atmosfir yang mengutamakan kepentingan nasabah dengan melakukan pemberdayaan (empowerment) karyawan sebagai subjek yang dinamis, untuk melakukan tindak produktif dalam suatu tim. Selain itu pihak perusahaan harus terus berusaha menciptakan pelayanan yang optimal dalam hal perencanaan (mind set) tentang mutu maupun kecakapan (skill set) yang tepat disaat bertindak. Untuk mencapai hal tersebut karyawan harus memiliki organizational citizenship behavior yang tinggi (Majalah Bagi Manajer & Eksekutif, 2002).

Menurut Organ (2002) organizational citizenship behavior merupakan perilaku yang berdasarkan kesukarelaan yang tidak dapat dipaksakan pada batas-batas pekerjaan dan tidak secara resmi menerima penghargaan tetapi mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan produktivitas dan keefektifan organisasi. Lebih lanjut Organ (dalam Lepine dkk, 2002) menerangkan bahwa organizational citizenship behavior dapat memberikan sumbangan peningkatan sistem sosial dalam ruang lingkup keseluruhan organisasi. Dengan adanya organizational citizenship behavior yang tinggi diharapkan berdampak baik bagi pelayanan terhadap nasabah. Dalam hal ini karyawan diharapkan lebih cakap, lebih responsif, lebih sigap, ramah terhadap nasabah dalam menjalankan tugas dan tetap bertahan di perusahaan serta merasa mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan perusahaan.

Frances, dkk. (2001) mengemukakan bahwa organizational citizenship behavior adalah perilaku yang berdasarkan kesukarelaan yang berada di luar persyaratan formal dari pekerjaan. Perilaku yang dilakukan tersebut mempunyai kontribusi bagi keefektifan organisasi. Smith (dalam Lepine dkk, 2002) menjelaskan bahwa organizational citizenship behavior sebagai perilaku yang menguntungkan organisasi dan tidak menerima penghargaan secara tegas karena perilaku yang dilakukan bukan merupakan tuntutan pekerjaan atau bukan termasuk dalam pekerjaan formal di tempat kerja. Adapun Organ (2002) menggambarkan organizational citizenship behavior sebagai kebebasan individu menentukan perilaku yang berperan membantu perkembangan produktivitas organisasi, tetapi secara formal diperlukan dalam keadaan darurat.

Keterangan: Bagi yang berminat untuk memiliki versi lengkap judul diatas dalam format Msword hubungi ke nomor:

Hp/Wa. 0812 2701 6999 atau 0817 273 509. Skripsi Rp300rb, Tesis Rp500rb. Layanan ini bersifat sebagai referensi dan bahan pembelajaran. Kami tidak mendukung plagiatisme. Jika belum jelas, jangan ragu telepon kami :)

Organizational citizenship behavior dalam bidang pekerjaan di dalam dunia perbankan mempunyai peranan yang sangat penting, mengingat pentingnya pelayanan kepada nasabah yang akan menentukan baik buruknya perusahaan. Pekerja yang mempunyai organizational citizenship behavior yang tinggi dapat menciptakan suasana positif dalam lingkungan kerja yang akan berpengaruh juga terhadap kinerja di ruang lingkup perusahaan secara keseluruhan. Organizational citizenship behavior sangat berpengaruh dalam kesuksesan suatu organisasi, hal ini bisa dilihat dari dimensi-dimensi organizational citizenship behavior yang mempunyai hubungan yang setara dengan kepuasan kerja, komitmen organisasi, kejujuran, sikap ketelitian dan dukungan pimpinan (Lepine, dkk. 2002).

Pada kenyataannya di lapangan karyawan justru sering merasa tidak betah bekerja di dalam perusahaan. Apabila ada perusahaan lain yang menawarkan kesempatan dan gaji yang lebih baik, maka karyawan tidak segan-segan untuk mengundurkan diri dari perusahaan. Secara manusiawi hal ini adalah wajar, mengingat setiap manusia bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi bagi perusahaan hal ini merupakan sesuatu yang merugikan, mengingat waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk merekrut karyawan baru dan memberinya keterampilan yang mendukung pelaksanaan tugasnya tidak sedikit. Kondisi tersebut dikarenakan job embeddedness (rasa memiliki) karyawan masih kurang. Karyawan yang mempunyai job embeddedness yang tinggi kemungkinan besar akan mempunyai OCB yang tinggi. Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara job embeddedness dengan OCB.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah hubungan antara job embeddedness dimensi off the job dan on the job dengan OCB?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan job embeddedness dengan OCB.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberi manfaat sebagai berikut :

1. Bagi penulis

Dapat digunakan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat di bangku kuliah di lapangan.

2. Bagi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Dapat menambah kajian tentang perilaku sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan dengan job embeddedness dan OCB.

3. Bagi perusahaan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam meningkatkan job embeddedness dan OCB karyawan.

    Baca selengkapnya »

===================================================
Ingin memiliki Skripsi/Tesis versi lengkapnya? Hubungi Kami.
===================================================

Judul terkait:

Layanan Referensi & Konsultan Skripsi Tesis & Disertasi   No.HP/WA.0812 2701 6999  / 0817 273 509