Tanya-Jawab: Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan Moral Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala
Jul 27th, 2008 by admin5
Apa judul penelitian Anda?
Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan Moral Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala
Apa latar belakang Anda melakukan penelitian itu?
Dimasa sekarang ini banyak mahasiswa yang menjadi pelaku tindakan-tindakan yang bertentangan dengan moral. Sebagai contoh hidup bebas tanpa nikah (seamen leaven) sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa. Selain itu banyak sekali kebudayaan-kebudayaan buruk sudah dianggap sebagai bagian dari trend hidup modern di kalangan mahasiswa, misalnya minum-minuman keras, menggunakan obat terlarang (psikotropika), menggunakan pakaian yang terbuka aurat (pornoaksi), bergaul dalam dugem (dunia gemerlap), dan bentuk-bentuk pergaulan lain yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan agama. Saya ingin megetahui.
Akan tetapi walaupun banyak mahasiswa yang telah terjebak dalam pergaulan yang bebas, ada pula mahasiwa yang justru takut terjebak ke dalam pergaulan bebas tersebut. Mahasiswa tersebut merasakan kecemasan moral. Menurut Freud (dalam Hall & Lindzey, 1993) kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati. Seseorang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral dengan mana mereka dibesarkan. Mahasiswa yang merasakan kecemasan moral ini kemungkinan disebabkan karena mempunyai religiusitas yang tinggi, sehingga dia merasakan kecemasan moral karena dia mempunyai religiusitas.
Berdasarkan asumsi tersebut Saya tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara religiusitas dengan kecemasan moral di kalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.
Apa buktinya bahwa remaja jaman sekarang menganggap bahwa pergaulan bebas adalah lumrah?
Bukti bahwa pergaulan bebas sudah menjadi bagian dari remaja adalah adanya cap “nggak gaul” bagi remaja yang menghindari melakukan pergaulan bebas. Berkaitan dengan cap “nggak gaul” tersebut, Pratiwi, psikolog yang juga salah satu staf pengajar di Fakultas Psikologi UMS yang mendalami perkembangan remaja, menyatakan bahwa mendekati atau bahkan melakukan pergaulan bebas tersebut remaja justru menjadi “nggak gaul” karena dengan melakukannya berarti remaja memiliki pola pikir yang terbelakang (Solopost, 9 Januari 2005).
Apa yang dimaksud dengan kecemasan moral?
Menurut Freud (dalam Hall & Lindzey, 1993) kecemasan moral adalah rasa takut terhadap suara hati. Seseorang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral dengan mana mereka dibesarkan.
Kapan kecemasan moral itu muncul?
Kecemasan moral muncul apabila seseorang merasa khawatir akan melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral. Oleh karena itu orang yang memiliki kecemasan moral akan cenderung menghindari apa yang bertentangan dengan moral (Hall & Lindzey, 1993).
Apa yang menyebabkan mahasiswa yang memiliki religiusitas merasakan kecemasan moral?
Adanya pola pergaulan bebas yang sangat marak disekelilingnya membuat mahasiswa yang memiliki kecemasan moral merasa takut bahwa di tengah lingkungan pergaulan yang intensif dengan teman-temannya yang telah melakukan pergaulan bebas, akhirnya ia akan terseret. Apalagi sebagai manusia, ia tidak lepas dari fitrah manusia yaitu tidak luput dari khilaf dan dosa. Hal ini semakin sulit ketika mahasiswa tersebut dihadapkan pada pilihan apakah akan tetap mempunyai sikap tidak mau terjerumus dalam pergaulan yang bebas tersebut atau berpisah dari teman-temannya. Terkadang seorang mahasiswa yang berusaha memegang teguh nilai-nilai moral dan agama justru dijauhi oleh teman-temannya. Padahal sebagai mahasiswa ia tetap membutuhkan teman-teman sebagai kelompok sosialnya.
Bagaimana kira-kira hubungan antara kecemasan moral dengan religiusitas mahasiwa yang Anda teliti?
Mahasiswa yang melakukan pergaulan bebas adalah mahasiswa yang mempunyai kecemasan moral rendah. Sebaliknya mahasiswa yang mempunyai kecemasan moral tinggi tidak akan melakukan pergaulan bebas karena hal itu bertentangan dengan norma moral dan agama yang dijunjungnya.
Faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan moral?
Kecemasan moral yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan religiusitas (Kartono, 2005). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang yang bersangkutan dan sebaliknya faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar dirinya. Faktor religiusitas adalah faktor yang mempunyai kaitan yang erat dengan agama yang dianut seseorang, sehingga apa yang baik menurut agama biasanya baik pula menurut moral, demikian pula sebaliknya.
Mengapa orang yang mempunyai religiusitas tinggi akan mempunyai kecemasan moral yang tinggi pula?
Karena orang-orang yang mempunyai nilai religiusitas yang tinggi akan selalu mencoba patuh terhadap ajaran-ajaran agama, menjalankan ritual agama, menyakini dokrin-dokrin agama, beramal dan selanjutnya merasakan pengalaman-pengalaman beragama. Sedangkan pola pergaulan bebas bertentangan dengan agama, oleh karena itulah orang yang mempunyai tingkat religiusitas yang tinggi akan mempunyai kecemasan moral yang tinggi, yaitu takut melakukan hal-hal yang dilarang oleh agamanya.
Apa yang dimaksud dengan sikap religius?
Sikap religius adalah keadaan dalam diri seseorang dalam merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia dengan cara melaksanakan semua perintah Tuhan dan meninggalkan seluruh larangan-Nya, sehingga hal ini akan membawa ketenangan dan ketentraman pada diri.
Bagaimana peranan agama dalam kehidupan sosial?
Peranan agama adaah sebagai pendorong atau penggerak serta pengontrol dari tindakan-tindakan para anggota masyarakat untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya, sehingga tercipta ketertiban sosial.
Bagaimana peran agama dalam kepribadian seseorang?
Keyakinan beragama menjadi bagian integral dari kepribadian seseorang yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan perasaannya. Pada saat seseorang tertarik pada sesuatu yang tampaknya menyenangkan, maka keimanannya akan bertindak, menimbang dan meneliti apakah hal tersebut boleh atau tidak oleh agamanya. Agama mempunyai peran penting dalam pembinaan moral karena nilai-nilai moral yang datang dari agama bersifat tetap dan universal. Apabila seseorang dihadapkan pada suatu dilema, ia akan menggunakan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai-nilai moral yang datang dari agama. Oleh karena itu orang itu akan berada dimanapun dan dalam posisi apapun, akan tetap memegang prinsip moral yang telah tertanam dalam hati nuraninya. Berdasarkan hal inilah, sehingga nilai-nilai agama yang telah diinternalisasi oleh seseorang diharapkan mampu menuntun semua perilakunya.
Bagaimana hubungan antara nilai religiusitas yang dimiliki seseorang dengan moralnya?
Semakin kuat nilai-nilai religiusitas yang dimiliki seseorang akan semakin kuat keinginannya untuk menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan moral. Karena baginya hal yang bertentangan dengan moral berarti akan bertentangan dengan nilai agama.
Bagaimana pengaturan seks menurut agama Islam?
Khusus untuk agama Islam, maka Islam menghargai kebebasan seseorang untuk berekspresi, namun dalam koridor syariat. Islam juga mengakui bahwa setiap manusia memiliki naluri seksual, namun mengarahkannya supaya disalurkan dalam cara-cara sesuai syariat. Islam sebagai mabda’ (ideologi) memiliki cara-cara yang khas, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia tanpa menelantarkan kebutuhannya yang lain, dan juga tanpa mengabaikan kebutuhan manusia lainnya dalam masyarakat. Oleh karena itu, Islam tidak memperbolehkan ada seorang pun dalam wilayah Islam yang mengumbar aurat, kecuali dalam hal-hal yang dibenarkan syariat.
Apa tujuan dan manfaat penelitian yang Anda lakukan?
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan antara tingkat religiusitas dengan kecemasan moral mahasiswa. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah teoritis khususnya dalam bidang psikologi klinis dan psikologi islami.
2. Manfaat Praktis
Apabila penelitian ini terbukti diharapkan mampu memberikan manfaat bagi
mahasiswa untuk dapat memilih nilai-nilai yang baik bagi dirinya sesuai dengan tuntunan moral dan agama.
Apa pengertian kecemasan?
Terdapat pengertian kecemasan yang berbeda-beda menurut para ahli, antara lain:
- Menurut Ramalah (2003) kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang.
- Menurut Lazarus (1981) kecemasan merupakan aspek kepribadian yang mempengaruhi emosi seseorang. Jadi kecemasan mempunyai sifat yang subjektif dengan kondisi dan situasi yang dialami oleh masing-masing individu.
- Menurut Johnson (1971) kecemasan adalah suatu pengalaman emosional yang dirasakan individu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan (tidak jelas apa yang menyebabkan) yang muncul karena ada ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam tubuh yang berlangsung secara terusmenerus, juga karena rasa frustasi, ketidakpuasan, rasa tidak aman, dan permusuhan.
- Menurut Mischel (1981) kecemasan adalah ketakutan yang dipelajari.
Apakah kecemasan berbda dengan ketakutan? Jelaskan
Kecemasan berbeda dengan ketakutan. Ketakutan merupakan respon terhadap bahaya dari luar yang sifatnya nyata (obyektif), misalnya takut pada ular, badai. Di lain pihak pada kecemasan, bahayanya bersifat kabur dan terkadang irasional, misalnya ancaman, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi atau perasaan-perasaan tertekan yang muncul dalam kesadaran. Hal ini dapat terjadi karena kekecewaan, ketidakpuasan, tidak aman, atau adanya perasaan bermusuhan dengan orang lain. Kecemasan bersifat kabur oleh karena itu kecemasan menjadi sangat subyektif, artinya sesuatu yang menimbulkan kecemasan pada diri seseorang belum tentu menimbulkan kecemasan pada orang lain.
Berasal dari bahasa apakah moral itu dan apa pengertiannya?
- Kata moral berasal dari kata ”mos” yang dalam bahasa Latin artinya adalah ”kebiasaan”.
- Arti kata moral adalah keharusan, kepantasan atau keseyogyaan untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan manusia yang dianggap baik.
- Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia moral adalah ukuran kelaziman aspek-aspek kemasyarakatan dilihat dari dari segi kesusilaan.
Apa yang dimaksud dengan norma moral?
Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia. Aturan yang dimaksud di sini antara lain mengenai hal yang baik dan buruk, benar dan salah, bagi manusia.
Sebutkan tiga macam perilaku atau perbuatan manusia!
- Perbuatan-perbuatan yang manusia sepantasnya atau seharusnya atau seyogyanya mengerjakan. Sebagai contoh melaksanakan perintah agama dan mentaati norma yang berlaku dalam masyarakat.
- Perbuatan-perbuatan yang manusia tidak sepantasnya atau tidak seharusnya atau tidak seyogyanya mengerjakan. Sebagai contoh melakukan pencurian, berbohong, dan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat.
- Perbuatan-perbuatan yang manusia boleh mengerjakan dan boleh pula tidak mengerjakannya. Sebagai contoh bedagang, bertani, mencari nafkah, dan lain-lain.
Keterangan: Bagi yang berminat untuk memiliki versi lengkap judul diatas dalam format Msword hubungi ke nomor: Hp/Wa. 0812 2701 6999 atau 0817 273 509. Skripsi Rp300rb, Tesis Rp500rb. Layanan ini bersifat sebagai referensi dan bahan pembelajaran. Kami tidak mendukung plagiatisme. Jika belum jelas, jangan ragu telepon kami :) |
Apakah ada standar ukuran kesusilaan?
Ukuran kesusilaan itu sangat relatif, tergantung pada nilai-nilai yang dijunjung tinggi masyarakat setempat.
Darimana sumber kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat?
Sumber kesusilaan itu berasal dari agama dan adat-istiadat. Kesusilaan yang berasal dari agama, biasanya identik dengan larangan-larangan yang ada pada masing-masing agama. Apabila sesuatu dilarang oleh agama, maka hal itu otomatis juga bertentangan dengan kesusilaan. Larangan yang berasal dari agama bersifat universal karena peraturan agama berasal dari Tuhan, artinya pada agama yang sama, akan berlaku larangan yang sama. Di lain pihak, untuk kesusilaan yang berasal dari adat-istiadat, sangat tergantung kepada adat yang berlaku di wilayah tertentu.
Apa yang dimaksud dengan kecemasan moral?
Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri. Seorang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kecemasan moral adalah kecemasan yang terjadi apabila seseorang merasa bersalah jika melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral. Norma moral dalam hal ini adalah norma-norma kesusilaan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Apakah fungsi kecemasan itu?
Fungsi kecemasan adalah untuk memperingatkan individu akan adanya bahaya dan merupakan isyarat bagi ego bahwa jika tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat maka bahaya akan meningkat sampai ego dikalahkan. Selain itu kecemasan juga berfungsi untuk memotivasi individu untuk melakukan sesuatu. Individu bisa lari dari daerah yang mengancam, menghalangi infus yang membahayakan, atau menuruti suara hati.
Bagaimana proses terjadinya kecemasan?
Terjadinya kecemasan diawali dengan adanya interpretasi tertentu terhadap peristiwa yang dialami. Kemudian individu menggunakan pikirannya untuk menginterprestasikan kejadian yang dialami. Setelah proses berpikir itulah individu kemudian mengalami respon emosional yang disebut kecemasan.
Bagaimana proses dan fungsi kecemasan moral? Dan apa bedanya dengan kecemasan biasa?
Fungsi dan proses terjadinya kecemasan moral sama dengan fungsi dan proses terjadinya kecemasan pada umumnya. Bedanya hanya pada penyebab kecemasan, yaitu pada kecemasan moral penyebabnya adalah rasa takut melakukan pelanggaran terhadap norma-norma moral yang berlaku di dalam masyarakat.
Dilihat dari fungsinya, kecemasan moral berfungsi menjaga seseorang agar tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral. Untuk itu orang yang mengalami kecemasan moral dapat melakukan tindakan menjauhi hal-hal yang dapat membuatnya melakukan pelanggaran norma moral, misalnya dengan tidak bergaul dengan orang-orang yang melakukan pelanggaran norma moral.
Bagaimana struktur kepribadian menurut pandangan psikoanalitik?
Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem: id, ego, dan superego. Ketiganya adalah nama bagi proses-proses psikologis dan bukan sebagai agen-agen yang secara terpisah mengoperasikan kepribadian. Akan tetapi ketiganya merupakan fungsi-fungsi kepribadian sebagai keseluruhan daripada sebagai bagian yang terasing satu sama lain. Id adalah komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego merupakan komponen sosial.
a. Id
Id adalah sistem kepribadian yang orisinil; kepribadian setiap orang hanya terdiri dari id ketika dilahirkan. Id merupakan tempat bersemayamnya naluri-naluri. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, dan mendesak. Seperti kawah yang terus mendidih dan bergolak, id tidak bisa menoleransi ketegangan, dan bekerja untuk melepaskan ketegangan itu sesegera mungkin untuk mencapai keadaan homeostatis (homeostatis atau ”kebijaksanaan jasmaniah” manusia, sehingga terjadi pengaturan yang otomatis dari fungsi-fungsi jasmani dan rohani; homes, homolos = sama, sama bentuk; statis, statikos = berdiri seimbang, stabil, tidak berubah. Homeostatis = unsur mengimbangkan segenap fungsi jasmani-rohani. Dengan diatur oleh asas kesenangan yang diarahkan pada pengurangan ketegangan, penghindaran kesakitan, dan peroleh kesenangan. Id bersifat tidak logis, amoral dan didorong oleh satu kepentingan: memuaskan kebutuhan-kebutuhan naluriah sesuai dengan asas kesenangan. Id tidak pernah matang dan selalu menjadi anak manja dari kepribadian, tidak berpikir, dan hanya menginginkan atau bertindak. Id bersifat tidak sadar.
b. Ego
Ego memiliki kontak dengan dunia eksternal dan kenyataan. Ego adalah eksekutif dari kepribadian yang memerintah, mengendalikan dan mengatur. Sebagai ”polisi lalu lintas” bagi id, superego, dan dunia eksternal, tugas utama ego adalah mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar. Ego mengendalikan kesadaran dan melaksanakan sensor. Dengan diatur oleh asas kenyataan, ego berlaku realistis dan berpikir logis serta merumuskan rencana-rencana tindakan bagi pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Adapun hubungan antara ego dan id adalah bahwa ego adalah tempat bersemayam inteligensi dan rasionalitas yang mengawasi dan mengendalikan impuls-impuls buta dari id. Sementara id hanya mengenal kenyataan subjektif, ego membedakan bayangan-bayangan mental degan hal-hal yang terdapat di dunia eksternal.
c. Superego
Superego adalah cabang moral atau hukum dari kepribadian. Superego adalah kode moral individu yang urusan utamanya adalah apakah suatu tindakan baik atau buruk, benar atau salah. Superego merepresentasikan hal yang ideal dari hal yang riel, dan mendorong bukan kepada kesenangan, melainkan kepada kesempurnaan. Superego merepresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua kepada anak. Superego berfungsi menghambat impuls-impuls id. Kemudian, sebagai internalisasi standar-standar orang tua dan masyarakat, superego berkaitan dengan imbalan-imbalan dan hukuman-hukuman. Imbalan-imbalannya adalah perasaan bangga dan mencintai diri, sedangkan hukuman-hukumannya adalah perasaan berdosa dan rendah diri.
Dari ketiga struktur kepribadian di atas, dimana letak kecemasan moral?
Kecemasan moral yang dialami remaja sangat erat hubungannya dengan superego yang dimilikinya. Semakin sempurna superego yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi kesadarannya tentang benar dan salah, sehingga semakin takut ia untuk melakukan kesalahan. Semakin tinggi ketakutannya untuk melakukan kesalahan, berarti kecemasan moralnya semakin tinggi pula.
Apa yang dimaksud dengan kecemasan realitas?
Kecemasan realitas adalah rasa takut terhadap bahaya nyata di dunia luar, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada. Kecemasan ini berhubungan dengan respon ego terhadap ancaman atau bahaya yang berasal dari lingkungan di luar individu.
Apa yang dimaksud dengan kecemasan neurotik?
Di lain pihak kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang mendatangkan hukuman bagi dirinya.
Apa saja aspek-aspek kecemasan moral?
a. Hati nurani
……………..
b. Tanggung jawab
…………..
c. Kesadaran
……………….
d. Tindakan
……………
e. Lingkungan
…………………
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan moral yang dialami oleh remaja?
a. Faktor internal
………….
b. Faktor eksternal
………….
c. Faktor religiusitas
……………..
Bagaimana pengertian religiusitas?
Pengertian religiusitas adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Manusia dikatakan religius jika mematuhi norma kebenaran yang telah di tentukan dan sesuai dengan kaidah agama. Semakin tinggi religiusitas seseorang, maka akan timbul kecenderungan untuk menolak hal-hal yang ditentang oleh agama.
Apa yang dimaksud dengan sikap keagamaan?
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif.
Apa saja fungsi agama?
- Menghormati akal sekaligus memfungsikannya secara baik, agar manusia dapat berpikir cerdas tentang kejadian alam semesta serta dapat mengambil pelajaran dari alam itu, bahwa kejadiannya yang indah menjadi bukti nyata atas kekuasaan Allah yang maha besar, pencipta alam dan pengaturnya.
- Menyinari jiwa agar tunduk kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
- Menyucikan hati manusia agar berakhlakul karimah, sehingga ia hidup dalam ketenangan baik jasmani maupun rohani.
- Menjadi obor penerangan agar manusia dapat menempuh jalan kebaikan.
- Menjamin kebaikan bagi seluruh masyarakat agar kehidupan tetap stabil.
- Menjadi tali yang kokoh untuk mempertautkan segala hati, karena pertalian yang harmonis di masyarakat bersumber pada keselarasan dan keikhlasan hati.
- Menjadi obat bagi penyakit sosial yang berkembang di masyarakat.
Apa saja aspek-aspek religiusitas?
a. Dimensi Ideologi (The Idiological Dimension)
Adalah ………………….
b. Dimensi Ritualistik (The Ritualistic Dimension)
Adalah ………….
c. Dimensi Perasaan (The Feeling Dimension)
Yaitu ……………
d. Dimensi Intelektual (The Intelectual Dimension)
Yaitu ……………
e. Dimensi Konsekuensial (The Consequential Dimension)
Yaitu …………….
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas
a. …………………………….
Bagaimana hubungan religiusitas dengan kecemasan moral ?
Dalam mempengaruhi kehidupan umat manusia, religiusitas tidak berdiri sendiri. Ada beberapa dimensi religiusitas, yaitu dimensi ideologis, ritualistik, perasaan, intelektual, dan konsekuensial. Adapun pengaruh dari masing-masing dimensi terhadap kecemasan moral yang dimiliki seseorang adalah sebagai berikut.
1. ……………………………………
Apa hipotesis yang anda lakukan dalam penelitian ini?
Ada hubungan positif antara tingkat religiusitas dengan kecemasan moral di kalangan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.
Apa alat analisis yang Anda gunakan dalam penelitian ini?
Alat uji yang saya gunakan adalah korelasi Product Moment dari Pearson.
Bagaimana hasil uji korelasi yang Anda dapatkan?
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan Korelasi Product Moment dari Pearson diperoleh koefisien korelasi rxy = 0,253 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara religiusitas dengan kecemasan moral, artinya semakin tinggi tingkat religiusitas, maka semakin tinggi pula kecemasan moralnya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0,064. Artinya sumbangan yang diberikan variabel religiusitas terhadap kecemasan moral sebesar 6,4%, sehingga dari hasil tersebut berarti masih ada faktor lain yang mempengaruhi kecemasan moral sebesar 93,6%.
Apa kesimpulan yang Anda peroleh dari penelitian ini?
- Baca selengkapnya »
===================================================
Ingin memiliki Skripsi/Tesis versi lengkapnya? Hubungi Kami.
===================================================